A. Kesenjangan antara TAS lama dengan TAS baru
Semua
pekerjaan operatif untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi tertentuTenaga kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada
satuan pendidikan selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pada kasus
ini, tenaga kependidikan yang dimaksud adalah Tenaga Administrasi Sekolah
(TAS). Berdasarkan Permendiknas No. 24 tahun 2008 tentang standar tenaga
administrasi sekolah/madrasah menyebutkan bahwa Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
terdiri atas Kepala Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah, Pelaksana Urusan, dan
Petugas Layanan Khusus.
mempunyai unsur tenaga
administrasi. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Littlefield dan Peterson
(The Liang Gie, 1998) sebagai berikut:
”Every job in organization to day has some office
or paper work aspects. In most jobs,these aspects are only incidental to the
activity of chief concern, which may be production,sales, finance, purchasing,
personnel, engineering, or one of many others. The paper workaspects must be
managed nevertheless”.
(Setiap pekerjaan dalam suatu
organisasi dewasa ini mempunyai segi-segi pekerjaan perkantoran atau
pekerjaan kertas. Dalam berbagai pekerjaan, segi ini adalah sebagai akibat dari
aktivitas pokok yang dapat berupa produksi, penjualan, keuangan,
pembelian, kepegawaian, teknik, atau salah satu dari banyak pekerjaan
lainnya. Meskipun demikian, segi-segi pekerjaan kertas itu harus tetap
dikerjakan).
Peran tenaga
administrasi dalam suatu organisasi secara garis besar mempunyai tiga peranan
pokok sebagai berikut; (1) Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan operatif
untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi; (2) Menyediakan
keterangan-keterangan bagi pucuk pimpinan organisasi itu untuk membuat
keputusan atau melakukan tindakan yang tepat; (3)Membantu kelancaran
perkembangan organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Pengalaman
kerja awal tampaknya memegang peranan dalam karier seseorang pada organisasi.
Selama kurun waktu awal inilah harapan individu dan harapan organisasi saling
berhadapan. Jika kedua harapan ini tidak bersesuaian, ketidakpuasan akan
timbul. Seperti dapat diperkirakan, tingkat perputaran tenaga kependidikan
hampir selalu paling tinggi di antara tenaga kependidikan baru organisasi.
Banyak
penelitian menunjukkan bahwa para pegawai merasa gelisah ketika mereka pertama
kali memasuki sebuah organisasi. Mereka merasa tidak sebanding dengan pegawai
yang telah lebih berpengalaman dan mereka merasa bimbang sampai seberapa baik
mereka akan dapat bekeja sama dengan rekan sekerja. Saat pertama kali seseorang
bekerja di lingkungan yang baru, akan nampak bahwa orang tersebut tidak
familiar terhadap pekerjaannya. Situasi seperti itu juga terjadi pada mereka
yang telah berpengalaman dalam pekerjaannya suasana serba baru seperti
lingkungan kerja baru, teman kerja baru, prosedur kerja baru dan sebagainya
dapat membuat tenaga kependidikan baru merasa tidak aman. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka organisasi membuat program pengenalan yang disebut dengan
orientasi.
Tenaga Administrasi Sekolah menempati peran sebagai tenaga
kependidikan dengan tugas seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Sisdiknas
No.20 Tahun 2003 Pasal 39 (1) “Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.
Pada dasarnya keberadaan Tenaga Administrasi Sekolah memiliki
peran cukup strategis dalam pengembangan kualitas sekolah. Untuk itu,
peran-peran tersebut harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian
tertentu sehingga hasil kerjanya akan berdampak positif terhadap perkembangan
sekolah.
Kesenjangan antara Tenaga
Administrasi Sekolah yang lama dengan Tenaga Administrasi Sekolah baru dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain TAS baru merupakan lulusan baru,
yang masih sedikit pengalaman, TAS yang baru belum menguasai pengetahuan dan
tugasnya dengan baik dan kesenjangan antara TAS yang lama dengan TAS yang baru
karena TAS yang lama merasa tersaingi dengan adanya TAS yang baru.
Keberadaan Tenaga Administrasi Sekolah yang baru, semestinya mendapat bimbingan dan
arahan oleh TAS yang lama. Pada kenyataan di lapangan, terdapat Tenaga
Administrasi yang lama kurang respect terhadap Tenaga Administrasi baru. Sehingga
muncul permasalahan, yakni kesenjangan antara Tenaga Administrasi Sekolah yang
lama (senior) dengan Tenaga Administrasi Sekolah yang baru . Kondisi ini akan
memunculkan lingkungan kerja yang tidak kondusif bagi Tenaga Administrasi yang baru dan
berdampak pada efektifitas pekerjaan.
B. Kajian
Teoritis
1. Definisi
Orientasi
Orientasi
adalah upaya pelatihan dan pengembangan awal
bagi para pegawai baru yang memberi mereka
informasi mengenai perusahaan, jabatan, dan kelompok kerja (Mondy 2008). Selanjutnya Castello, (1992) menyatakan bahwa
orientasi dapat dilihat sebagai upaya sekolah untuk membantu karyawan baru
menyesuaikan diri dengan komunitas baru, bagian sekolah dan tugasnya.
Orientasi dapat diartikan sebagai proses yang
ditujukan untuk memperkenalkan dengan rekan-rekan kerja atau proses pengenalan
dengan pegawai lama, dan dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk
memperkenalkan pegawai baru dengan rekan kerjanya dan dengan organisasi, yaitu
informasi mengenai tujuan, sejarah, philosophy, prosedur, dan
aturan-aturan, mengkomunikasikan kebijaksanaan SDM yang penting, misalnya jam kerja, prosedur penggajian, persyaratan
kerja lembur, fasilitas dan tunjangan organisasi, meninjau ulang tugas-tugas
dan tanggung jawab pegawai menyediakan tour kunjungan fisik didalam
organisasi, dan memperkenalkan pegawai itu kepada pimpinan dan rekan kerjanya.
Program
orientasi sering juga disebut dengan induksi. Orientasi merupakan upaya
memperkenalkan seorang tenaga kependidikan yang baru terhadap situasi
dan kondisi pekerjaan atau jabatannya. Tujuan agar seorang itu secepatnya dapat
menyesuaikan diri terhadap orang-orang (tenaga kependidikanlainnya) dan atau
para peserta didik, dan tujuan-tujuan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan,
kebiasaan-kebiasaan, usaha-usaha pembaharuan yang berlangsung, dan
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam profesi atau karir di
masa yang akan datang. Castello (1992), menyatakan bahwa upaya orientasi
harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan program, kemudian dikembangkan
untuk memenuhi tujuan tersebut
Menurut
Castello, (1992), tujuan program
orientasi termasuk berbagi informasi
umum, penyediaan data dan tugas khusus dan mengalokasikan tanggung jawab program.
Orientasi
bertujuan untuk mempercepat masa adaptasi sehingga tenaga kependidikan baru dapat
bekerja lebih depat dan lebih baik. Namun tidak semua orientasi menjamin hasil
yang baik. Pemberian informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan situasi yang
buruk bagi tenaga kependidikan baru maupun
organisasi atau perusahaan. Banyak informasi yang diberikan dapat
menyebabkan tenaga kependidikan baru kesulitan. Sementara pemberian
informasi yang tidak tepat waktu atau tidak tepat aturan dapat menimbulkan
kecemasan pada diri tenaga kependidikan baru. Karenanya perancang
program orientasi harus sensitif melihat hal tersebut dengan demikian orientasi
dapat mempercepat masa adaptasi dan menjadikannya produktif dan tidak
sebaliknya.
Sasaran-sasaran
utama orientasi adalah mengulangi kecemasan awal yang dirasakan oleh semua
pegawai baru untuk memulai pekerjaan baru, unit kerjanya dan organisasi sebagai
keseluruhan, dan agar mempermudah peralihan dari luar kedalam agar orientasi
berhasil guna. Menurut French (1986), prosedur orientasi layaknya melalui
perencanaan di mana program tersebut dikhususkan untuk memecahkan persoalan
spesifik pegawai baru, dan kunci proses program orientasi pada pendekatan yang
digunakan. Pendekatan yang partisipatif, sambutan yang hangat, dan perhatian
pada individu merupakan hal yang penting dalam program orientasi. Orientasi kurang tepat apabila
dinyatakan sebuah langkah, oleh karena itu merupakan sebuah aktivitas yang
berlangsung terus. Orientasi dimulai sebelum induksi dan setelah itu diikuti
oleh apa yang dinamakan “follow-up” (tindak lanjut).
Orientasi bertujuan membantu para pegawai baru menyesuaikan diri dengan memperkenalkan mereka pada: (a)
peran mereka masing-masing;
(b) organisasi dan kebijakannya;
(c) rekan-rekan kerja mereka.
2.
Tujuan
Program
Orientasi
Orientasi bertujuan untuk mempercepat masa adaptasi
sehingga pegawai baru dapat bekerja lebih cepat dan lebih baik. Program
orientasi dirancang untuk memberikan kepada pegawai baru informasi yang
dibutuhkannya agar dapat bekerja dengan enak dan efektif dalam organisasi.
Tujuan orientasi antara lain:
a. Menyiapkan
mental bagi pegawai baru dalam menghadapi peralihan suasana dari lingkungan
pendidikan ke dunia kerja yang nyata
b. Menghilangkan
hambatan psikologis dalam memasuki kelompok yang baru
c. Mengenal
secara singkat lingkungan pekerjaan yang baru
Tujuan
orientasi menurut Moekijat (1991:94) adalah sebagai berikut :
1)
Memperkenalkan pegawai
baru dengan organisasi atau perusahaan.
2)
Menghindarkan adanya
kekacauan yang mungkin disebabkan oleh seorang pekerja baru ketika diserahi
pekerjaan baru.
3)
Memberi kesempatan pada
pegawai untuk menanyakan masalah tentang pekerjaan mereka yang baru
4)
Menghemat waktu dan
tenaga pegawai dengan memeberitahukan kepada mereka ke mana harus meminta
keterangan atau bantuan dalam menyelesaikan masalah yang mungkin timbul.
5)
Menerangkan peraturan
dan ketentuan perusahaan sedemikian rupa sehingga pegawai baru dapat
menghindarkan rintangan atau tindakan hukuman yang akan terjadi karena
pelanggaran peraturan yang tidak mereka ketahui.
6)
Memberikan pengertian
kepada pegawai baru bahwa mereka adalah bagian yang penting di dalam sebuah
organisasi
Orientasi
yang efektif akan mencapai beberapa tujuan utama:
1)
Membentuk kesan yang menguntungkan
pada pegawai baru dari organisasi dan
Pekerjaan.
2)
Menyampaikan informasi
mengenai organisasi dan pekerjaan.
3)
Meningkatkan penerimaan
antarpribadi oleh rekan-rekan kerja.
4)
Mempercepat sosialisasi
dan integrasi pegawai baru ke dalam organisasi.
5)
Memastikan bahwa kinerja
dan produktivitas pegawai dimulai lebih cepat.
6)
Usaha-usaha orientasi
mengenai organisasi dan pekerjaan.
7)
Meningkatkan penerimaan
antarpribadi oleh rekan-rekan kerja.
8)
Mempercepat sosialisasi
dan integrasi pegawai baru ke dalam organisasi.
9)
Memastikan bahwa kinerja
dan produktivitas pegawai dimulai lebih cepat.
3.
Penempatan
Penempatan
(placement) adalah penugasan (assignment) atau penugasan kembali
(reassignment) seorang karyawan pada sebuah jabatan baru. Keputusan
penempatan diambil oleh kepala sekolah, dalam hal ini atasan langsung kepada karyawan
yang bersangkutan.
Penempatan
merupakan tindakan pengaturan atas seseorang untuk menempati suatu posisi atau
jabatan. Meskipun tindakan penempatan ini mengandung unsur uji coba yang
menyebabkan adanya tindakan penempatan kembali namun pada dasarnya
penempatan tenaga kependidikan ini merupakan tindakan yang menentukan
keluaran dan komposisi ketenagaan dilihat dari kepentingan keseimbangan
struktur organisasi pendidikan nasional. Juga tindakan penempatan ini merupakan
tindakan terpadu antara apa yang dapat tenaga baru perlihatkan (kerjakan)
dengan tuntutan-tuntutan pekerjaan, kewajiban-kewajiban dan hal-hal yang
ditawarkan dari jabatan tersebut.
Karena
itu suatu prinsip yang mengatakan “the
right man on the right place” (orang yang tepat pada tempat yang tepat)
haruslah dipenuhi. Dalam konteks penempatan ini, adanya mutasi (perpindahan
pegawai) dari satu daerah ke daerah lain atau dari satu bidang kerja ke bidang
kerja yang lain dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan. Kebutuhan
tersebut dapat berkenaan dengan kebutuhan kuantitas maupun kualitas. Mutasi
atau perpindahan di kalangan tenaga kependidikan dapat menjadi
alternatif penting untuk pengembangan organisasi.
Penempatan,
yaitu proses penanganan pegawai baru yang sudah melaksanakan pendaftaran ulang
untuk diberi tahu pada bagian seksi mana mereka ditempatkan.
Penetapan atas calon-calon yang diterima ini dapat diputuskan oleh atasan langsung atau oleh bagian personalia/ kepegawaian. Keputusan ini merupakan akhir dari kegiatan penyelenggaraan seleksi. Artinya tenaga-tenaga kependidikan yang baru diterima itu, merupakan tenaga-tenaga yang paling baik menurut standar seleksi yang ditetapkan.
Penetapan atas calon-calon yang diterima ini dapat diputuskan oleh atasan langsung atau oleh bagian personalia/ kepegawaian. Keputusan ini merupakan akhir dari kegiatan penyelenggaraan seleksi. Artinya tenaga-tenaga kependidikan yang baru diterima itu, merupakan tenaga-tenaga yang paling baik menurut standar seleksi yang ditetapkan.
Orientasi
pekerjaan memperluas informasi yang telah diterima tenaga kependidikan selama perebutan
dan tahap seleksi. Tanggung jawab dan tugas-tugas terperinci tenaga kependidikan baru dijelaskan,
dan bagaimana kinerjanya akan dimulai. Hal ini juga merupakan saatnya
menyelesaikan harapan-harapan yang tidak realitas yang barangkali dimiliki
oleh tenaga kependidikan baru mengenai
pekerjaan tersebut.
Orientasi
memilih kerja, mengakrabkan tenaga kependidikan itu dengan
sasaran-sasaran unit itu dan mencakup sebuah perkenalan dengan rekan-rekan
kerja barunya. Orientasi organisasi memberitahu tenaga pendidik baru mengenai
sasaran-sasaran, riwayat, falasafah, prosedur, dan peraturan organisasi
tersebut. Ini harus mencakup tunjangan dan kebijakan-kebijakan sumber daya
manusia yang terkait seperti jam kerja, prosedur pengajaran, dan
tunjangan-tunjangan tambahan selain itu, perjalanan keliling
fasilitas-fasilitas kerja organisasi itu sering kali merupakan bagian dari orientasi
organisasi tersebut.
Martoyo
(2000), berpendapat bahwa keberhasilan pelaksanaan program orientasi sangat
tergantung pada tenaga kependidikan baru dan organisasi yang
menerimanya. Keberhasilan program orientasi dapat ditandai oleh situasi di
aman tenaga kependidikan baru merasa mantap atau kerasan
dan tenaga kependidikan lama menerima pegawai baru tersebut dengan
baik. Sebaliknya bila pada masa orientasi timbul kesalahpahaman di
antara tenaga kependidikan lama dan tenaga
kependidikan baru atau tenaga pendidik baru tidak betah, maka hal ini
berarti orientasi kurang berhasil.
Hal-hal
khusus yang berhubungan dengan tenaga kependidikan yang perlu
diketahui oleh tenaga kependidikan adalah :
a) Kondisi kerja
b) Upah dan jaminan sosial
c) Program kesehatan dan keselamatan
d) Program pelayanan
e) Uraian jabatan (Job Description)
f) Tempat dan peralatan kerja
g) Teman/bawahan dalam bekerja
h) Yang sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri.
a) Kondisi kerja
b) Upah dan jaminan sosial
c) Program kesehatan dan keselamatan
d) Program pelayanan
e) Uraian jabatan (Job Description)
f) Tempat dan peralatan kerja
g) Teman/bawahan dalam bekerja
h) Yang sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri.
Menurut
Martoyo (2000), terdapat beberapa aspek yang tercakup dalam program orientasi,
yaitu :
1.
Masalah-masalah Organisasional,
yang meliputi :
a. Sejarah
singkat organisasi
b. Nama
dan jabatan para pimpinan
c. Layout
fasilitas-fasilitas yang tersedia
d. Periode
percobaan
e. Kebijaksanaan
dan aturan perusahaan
f. Peraturan-peraturan
disiplin
g. Buku
pedoman pegawai
2.
Perkenalan dengan Staf
Pelaksana, yang meliputi :
a. Atasan
a. Atasan
b. Pelatih
c. Rekan
sekerja
d. Bagian
bimbingan pegawai
3. Tunjangan Pegawai, yang meliputi :
a. Upah/gaji
b. Cuti
dan libur
c. Jam
istirahat
d. Latihan
dan pendidikan
e. Konseling
f. Asuransi
g. Program
pensiun
h. Pelayanan
organisasi terhadap pegawai
i.
Program
rehabilitas
4.
Tugas-tugas jabatan,
seperti :
a. Lokasi Pekerjaan
b. Tugas-tugas pekerjaan
a. Lokasi Pekerjaan
b. Tugas-tugas pekerjaan
c. Kebutuhan
keamanan
d. Fungsi
jabatan
e. Sasaran-sasaran
pekerjaan
f. Hubungan/keterkaitan
dengan pekerjaan lainnya.
Tidak
semua program di atas harus dijalankan pada masa orientasi. Ruang lingkup
program orientasi yang diberikan sangat tergantung pada kondisi organisasi, dan
posisi atau jabatan yang akan dipegang oleh tenaga kependidikan. Sebagai
contoh, ruang lingkup program orientasi yang diberikan pada pegawai baru yang
akan menduduki jabatan yang cukup tinggi lebih luas dari tenaga
kependidikan yang menduduki jabatan yang rendah.
5.
Senioritas
Senioritas berasal dari kata senior,
yang menandakan tingkatan perbandingan dari sesuatu terhadap sesuatu yang
setaraf. Senior selalu dihadapkan sebagai lawan kata dari dari junior.
Senioritas secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan
sebagai keadaan yang lebih tinggi dalam hal pangkat, usia dan pengalaman. Sedangkan
apabila dilihat dari klasifikasinya senioritas dibagi menjadi tiga kriteria.
1. Senior
dari segi usia
Ketika
seseorang dari segi usia menjadi “senior” dalam dunia kerja maka dia akan di
hormati karena usianya, banyak orang yang akan meminta saran atau pendapat.
Biasanya saran yang diminta akan berhubungan dengan kehidupan di luar dunia
kerja
2. Senior
dari segi wewenang
Seseorang
dipandang sebagai senior karena dia mempunyai posisi yang tinggi dan wewenang
yang luas. Hal ini terjadi dengan perkiraan dia berusia muda atau tua namun
dengan jabatan yang tinggi maka pegawai lain akan memandangnya sebagai
“senior”.
3.
Senior dari segi masa kerja
Banyak
juga orang yang akan dianggap ”senior” ketika masa kerjanya lama di sebuah
perusahaan. Orang yang baru masuk walau dengan jabatan lebih tinggi akan
sungkan. orang yang senior dari segi masa kerja dianggap sebagai pembimbing di
dunia kerja tersebut.
C.
Kajian
Praktis
Tenaga Adinistrasi Sekolah, adalah
tenaga kependidikan yang bertugas mengurusi administrasi sekolah. Proses
orientasi bertujuan mengenalkan pegawai TAS baru tentang hak dan kewajibannya,
tugas dan tanggung jawabnya, peraturan-peraturan sekolah, sejarah dan struktur
organisasi sekolah serta memperkenalkannya kepada staff yang lama.
Saat
pertama kali seseorang bekerja di lingkungan yang baru, akan nampak bahwa orang
tersebut tidak familiar terhadap pekerjaannya. Situasi seperti itu juga terjadi
pada mereka yang telah berpengalaman dalam pekerjaannya suasana serba baru
seperti lingkungan kerja baru, teman kerja baru, prosedur kerja baru dan
sebagainya dapat membuat tenaga kependidikan baru merasa cemas, dan tidak nyaman.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut, maka organisasi membuat program pengenalan
yang disebut dengan orientasi.
Pelaksanaan
program orientasi sangat tergantung pada tenaga kependidikan baru dan
organisasi yang menerimanya. Keberhasilan program orientasi dapat ditandai oleh
situasi di mana tenaga kependidikan baru merasa mantap atau nyaman
dan tenaga kependidikan lama menerima pegawai baru tersebut dengan
baik. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh pegawai baru adalah
kesenjangan antara Tenaga Administrasi Sekolah lama (senior) dengan Tenaga
Administrasi Sekolah Baru.
D. Alternatif
Pemecahan Masalah
Dari
permasalahan yang sudah dijabarkan diatas, dapat diambil alternatif pemecahan
masalah, yaitu:
1. Melakukan
couching and counseling kepada
pegawai baru tersebut dengan kepala sekolah berbicara secara langsung. Couching dan counseling tidak hanya dilakukan untuk satu kali pertemuan tapi
untuk beberapa intensitas pertemuan dengan tetap memperhatikan perkembangan
perbaikan sikap/perilaku dan metode kerja yang lebih baik.
2. Melibatkan
semua stakeholder sekolah dalam
pelaksanaan orientasi Tenaga Administrasi Sekolah yang baru. Dengan melibatkan
semua stakeholder sekolah,
mempermudah proses penyesuaian diri TAS yang baru.
3. Sekolah
memberikan modul untuk pedoman orientasi kepada TAS yang baru, untuk
memudahkan TAS yang baru mengetahui
profil sekolah, sejarah sekolah dan
kondisi sekolah.
E. Analisis
Alternatif
No.
|
Alternatif
Penyelesaian
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
1.
|
Melakukan couching
and counseling kepada TAS yang baru oleh kepala sekolah.
|
TAS yang baru merasas lebih dihargai karena
dibimbing langsung oleh Kepala sekolah
|
Kepala sekolah sering mendapatkan tugas keluar,
sehingga proses couching and counseling
kurang efektif.
|
2.
|
Melibatkan semua stakeholder sekolah dalam pelaksanaan orientasi Tenaga
Administrasi Sekolah yang baru
|
Semua stakeholder
sekolah ikut terlibat dalam membantu Tenaga Administrasi Sekolah yang
baru untuk beradaptasi
|
Tidak semua stakeholder
sekolah merasa senang ada Tenaga
Administrasi Sekolah yang baru, misalnya staff yang lama karena merasa
tersaingi dan ada yang menggantikan.
|
3.
|
Sekolah memberikan modul untuk pedoman orientasi
kepada TAS yang baru
|
Mempermudah TAS yang baru untuk mengetahui segala
informasi tentang sekolah karena sudah dijelaskan dalam modul orientasi.
|
Informasi tentang sekolah tidak semuanya tertulis
dalam modul, biasanya kondisi nyata di sekolah berbeda dengan penjelasan di
modul. Untuk kredibilitas sekolah terhadap pegawai barunya, biasanya sekolah
menutupi kondisi real sekolah,
misalnya tentang kondisi keuangan.
|
F.
Alternatif
Terpilih
Berdasarkan alternatif-alternatif
diatas, dapat dilihat bahwa pemecahan masalah yang paling tepat adalah dengan melibatkan semua stakeholder sekolah dalam proses orientasi Tenaga Administrasi
Sekolah yang baru. Karena semua sumber informasi dari stakeholder sekolah akan lebih memudahkan TAS yang baru
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan mengetahui kondisi sekolah yang
sebenarnya.
VII. Tindak
Lanjut
Kesenjangan
antara pegawai lama dengan pegawai baru di sekolah, khususnya Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) merupakan permasalahan klasik dalam orientasi
pegawai baru. Kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah memiliki peranan penting
dalam program orientasi tenaga pendidik maupun tenaga kependidikannya. Kepala
sekolah hendaknya mampu mengkoordinasikan guru dan staff untuk mengurangi
kesenjangan antara pegawai lama dengan pegawai baru. Tenaga Administrasi
Sekolah yang memiliki peranan penting dalam mengelola administrasi sekolah,
hendaknya memiliki personil yang mampu bekerja sama antar satu sama lain demi
meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah hendaknya selalu memantau perkembangan guru dan staff yang ada
di sekolah, khususnya pegawai baru agar menciptakan budaya sekolah yang nyaman
dalam bekerja.
Daftar Rujukan
Castello,
et al. 1992. School Personnel
Administration. New York: Allyn and Bacon, Inc
Depdikbud.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia-edisi
keempat. Balai Pustaka. Jakarta.
Disdik.kepriprov.go.id/index.php/info-pendidikan/.../tenaga-kependidikan.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: PT BPFE
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga.
The Liang Gie. 1998. Administrasi
perkantoran modern. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Werther, W.B. & Davis, K., 1996, Human
Resources and Personnel Management, 5th Ed., Boston: McGraw-Hill.